HAKIKAT KURIKULUM
Demi tercapainya sebuah rencana, tentunya memerlukan sebuah alat supaya tujuan tersebut bisa tercapai. Di
dalam dunia pendidikan, ada satu istilah yang tidak asing lagi yaitu kurikulum.
Kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Walaupun banyak juga
defenisi-defenisi yang berbeda dikarenakan filsafat masing-masing orang juga
berbeda, namun semua defenisi tersebut menunjukkan bahwa fungsi daripada
kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Jadi pada hakekatnya
dunia pendidikan sangat memerlukan kurikulum, demi tercapainya sebuah tujuan
pendidikan.
Konsep Dasar Kurikulum
Istilah kurikulum
pada mulanya
digunakan dalam dunia olah raga pada zaman Yunani
kuno.
Curriculum adalah bahasa Yunani yang berasal dari kata
Curir artinya pelari dan curere artinya
tempat berpacu.Curriculum artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari.
Mengambil makna yang terkandung dari rumusan di atas, defenisi kurikulum dalam dunia pendidikan merupakan sejumlah mata pelajaran yang
harus ditempuh atau
diselesaikan oleh peserta didik untuk memperoleh ijazah. Rumusan atau batasan
kurikulum itulah yang pertama kali digunakan dalam bidang pendidikan. Atas dasar batasan itu pula, sebagian besar
para praktisi pendidikan sampai saat ini memiliki konsep bahwa kurikulum tidak lain
adalah sejumlah pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah.
Konsep terpenting
yang perlu dipahami dalam teori
kurikulum adalah
©
Konsep Kurikulum :
~ kurikulum dapat
sebagai suatu subtansi (Isi,pokok, inti), suatu kurikulum dipandang orang
sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah atau sebagai
suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai.
~ kurikulum sebagai
suatu sistem (Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas) , yaitu sistem kurikulum yang merupakan bagian dari
sistem persekolahan, pendidikan bahkan sistem masyarakat.
~ kurikulum sebagai
suatu bidang studi kurikulum yang merupakan bidang kajian para ahli kurikulum
dan ahli pendidikan dan pengajaran.
©
Pengertian dan Tujuan
Kurikulum
Perkataan kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam
dunia pendidikan sejak kurang dari satu abad yang lampau. Perkataan ini belum terdapat dalam kamus Webster tahun 1812 dan
baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamus tahun 1856.Di Indonesia istilah
“kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi popular sejak tahun lima puluhan
yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika
serikat.Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “rencana pelajaran” pada
hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.
Hal-hal yang
mempengaruhi perubahan pengertian kurikulum:
Ø
Perubahan ini terjadi
karena ketidakpuasan dengan hasil pendidikan di sekolah dan ingin selalu
memperbaiki.
Ø
teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat
mengubah perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
Ø
timbul
pendapat-pendapat baru, tentang hakikat dan perkembangan anak, cara belajar,
tentang masyarakat dan ilmu pengetahuan yang memaksa diadakannya perubahan
dalam kurikulum.
Untuk menyatukan pengertian, maka kurikulum adalah suatu program
pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang
diprogramkan,
direncanakan, dan dirancangkan secara sistemik atas
dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan
Tujuan kurikulum
dirumuskan berdasarkan dua hal yaitu:
Perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat.
Didasari oleh pemikiran–pemikiran dan terarah pada pencapaian
nilai-nilai filosofis, terutama falsafah Negara.
Tujuan Kurikulum:
Tujuan kurikulum pada hakekatnya adalah tujuan dari setiap program yang
hendak dituju oleh proses penyelenggaraan pendidikan yang nantinya akan
diberikan kepada siswa.
tujuan menuntun kepada apa yang hendak dicapai atau sebagai gambaran
tentang hasil akhir dari sesuatu kegiatan.
Tujuan kurikulum
merupakan hal
yang ingin dicapai oleh sekolah secara keseluruhan meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini dicapai dalam rangka mewujudkan lulusan dalam satuan pendidikan
sekolah yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
DEFENISI-DEFENISI
KURIKULUM MENURUT
Beberapa Ahli:
v J. Galen Taylor dan William M. Alexander dalam buku curriculum planning
for better teaching and learning (1956). Menjelaskan arti kurikulum sebagai
berikut “segala usaha untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang
kelas, di halaman sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan extra kurikuler
v Harold B. Albertycs. Dalam reorganizing the high school curriculum
(1965). Memandang kurikulum sebagai “all school”. Seperti halnya dengan
definisi saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran
akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan diluar kelas,
yang berada dibawah tanggung jawab sekolah.
v B. Othanel Smith, w.o. Stanley, dan J. Harjan Shores. Memandang
kurikulum sebagai “a sequence of potential experience set up in the school for
the purpose of diseliping ehildren and youth in group ways of thinking and
acthing”. Mereka melihat kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara
potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat
berfikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.
v William B Ragan, dalam buku modern elementary curriculum (1966)
Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh
kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan social antara guru dan murid, metode
pembelajaran, cara mengevaluasi termasuk kurikulum.
v J. Lloyd Trump dan Dalmes F. Miller dalam bukunya secondary school
improfement (1973). Juga menganut definisi kurikulum yang luas, menurut mereka
dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi
murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan,
supervise dan administrasi dan hal-hal structural mengenai waktu, jumlah
ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran.
v Alice Miel juga menganut pendirian yang luas mengenai kurikulum. Dalam
bukunya changing the curriculum : a social process (1946) ia mengemukakan bahwa
kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan,
pengetahuan dan sikap orang-orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak
didik, masyarakat, para pendidik, dan personalia. Dan bukan hanya pengetahuan,
kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, aspirasi, cita-cita serta norma-norma
melainkan juga pribadi guru, kepala sekolah serta seluruh pegawai sekolah.
v Edward A, Krug dalam secondary school curriculum (1960) menunjukan
pendirian yang terbatas tapi realities tentang kurikulum, kurikulum dilihatnya
sebagai cita-cita dan usaha untuk mencapai tujuan persekolahan. Ia membedakan
tugas sekolah mengenai perkembangan anak dan tanggung jawab lembaga pendidikan
lainnya seperti rumah tangga, lembaga agama, masyarakat, dan lain-lainnya.
ASAS-ASAS PENGEMBANGAN KURIKULUM
ü
AZAS FILOSOFIS
Filsafat sangat
penting karena harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan tentang setiap
aspek kurikulum. Filsafat adalah cara
berpikir yang sedalam dalamnya, yakni sampai akarnya tentang hakikat sesuatu. Filsafat dalam arti sebenarnya adalah cinta akan kebenaran, yang
merupakan rangkaian dari dua kata philo (cinta), dan Sophia (kebijakan).Para
pengembang kurikulum harus mempunyai filsafat
yang jelas tentang apa yang mereka junjung tinggi. Ada beberapa aliran
filsafat yang penting untuk kita ketahui:
- Aliran
Perennialisme
Aliran ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui
pengetahuan yang abadi, universal, dan Absolut. Kurikulum yang diinginkan oleh
aliran ini terdiri atas subject atau mata pelajaran yangterpisah sebagai
disiplin ilmu dengan menolak penggabungan seperti IPA, IPS. Kurikulum yang diinginkan oleh aliran ini terdiri atas subject atau mata
pelajaran yangterpisah sebagai disiplin ilmu dengan menolak penggabungan
seperti IPA, IPS.
- Aliran
Idealisme
Filsafat ini berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari “atas”, dari
dunia supra-naturaldari Tuhan.Dan hampir semua agama menganut aliran ini.
Kebenaran ini , termasuk dogma dan norma-normanya yang bersifat mutlak.
3.
Aliran Realisme
Filsafat realisme mencari kebenaran di dunia ini sendiri. Melalui
pengamatan dan penelitian ilmiah dapat ditemukan hukum-hukum alam. Sekolah yang
beraliran realisme mengutamakan pengetahuan yang sudah mantap sebagai hasil
penelitian ilmiah yangdituangkan secara sistematis dalam berbagai disiplin ilmu
atau mata pelajaran. Karena mengutamakan pengetahuan yangesensial, maka
pelajaran Keterampilan dan kesenian dianggap tidak perlu. Kurikulum aliran ini
tidak memperhatikan minat anak, namun diharapkan agar menaruh minat terhadap
pelajaran akademis.
4. Aliran Pragmatisme.
Aliran ini juga disebut aliran instrumentalisme atau utilitarianisme,
dan berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia berdasarkan
Pengalamannya. Tidak ada kebenaran
mutlak,
kebenaran adalah tentatif dan dapat berubah. Tujuan hidup adalah mengabdi kepada masyarakat dengan peningkatan
kesejahteraan manusia
5.
Aliran Eksistensialisme
Filsafat ini mengutamakan individu sebagai faktor dalam menentukan apa
yang baik dan benar. Aliran ini menolak
segala kurikulum, pedoman, instruksi, buku wajib dan lain-lain dari pihak
luar. Anak harus mencari identitasnya
sendiri, menentukan standart dan kurikulumnya sendiri. Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia termasuk masalah masalah pendidikan ini yang
disebut filsafat pendidikan. Kegunaan filsafat pendidikan bagi kurikulum:
v
Filsafat pendidikan
menentukan arah kemana anak-anak harus dibimbing. Filsafat menentukan tujuan
pendidikan.
v
Dengan adanya tujuan
pendidikan ada gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus dicapai,
manusia yang bagaimana yang harus dibentuk.
v
Filsafat juga
menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan itu.
v
Filsafat memberi
kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam
perkembangan anak.
v
Tujuan pendidikan
memberi petunjuk apa yang harus dinilai dan hingga mana tujuan itu telah
dicapai.
v
Tujuan pendidikan
memberi motivasi dalam proses belajar mengajar, bila jelas diketahui apa yang
ingin dicapai.
Filsafat Pendidikan Indonesia : Pancasila sebagai dasar pendidikan : Pancasila yang
kita akui dan terima sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa kita. seperti
dinyatakan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1968, Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia dan negara kita. Tiap lembaga pendidikan mempunyai misi dalam
rangka bagian dari pendidikan nasional.
ü
AZAS PSIKOLOGIS
Asas ini berkenaan dengan perilaku manusia. Asas psikologi berkaitan dengan cara peserta didik belajar, dan
faktor apa yang dapat menghambat kemauan belajar mereka selain itu psikologis
memberikan landasan berpikir tentang hakikat proses belajar mengajar dan
Tingkat-tingkat perkembangan peserta didik
Kurikulum pada dasarnya disusun agar Peserta didik dapat tumbuh dan berkembang Dengan baik. Ini berarti bahwa kurikulum dan pengajaran yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan
peserta didik sebagai peserta utama dalam proses belajar mengajar akan
lebih meningkatkan keberhasilan kurikulum, daripada kurikulum yang mengabaikan
faktor psikologis peserta didik.Minimal ada dua bidang psikologi yang
mendasari kurikulum, yaitu :
psikologi perkembangan, karena peserta didik adalah individu yang sedang
berada dalam proses
Perkembangan. Psikologi Perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa
konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai dengan
dewasa.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan ketika menerapkan landasan psikologi perkembangan:
Masalah kesesuaian
materi dengan tahap perkembangan peserta
didik. dalam menyajikan materi pelajaran
perlu dirancang sedemikian rupa dengan
menjadikan masa/fase perkembangan fisik
dan intelektual peserta didik sebagai landasan dan menghasilkan susunan materi
yang berangkat dari hal-hal yang mudah menuju hal-hal yang rumit dan kompleks.
psikologi belajar, kemajuan-Kemajuan
yang dialami peserta didik sebagian besar karena usaha belajar, baik
berlangsung melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahan masalah. Psikologi belajar merupakan suatu
studi tentang bagaimana individu belajar.
Sementara menggunakan
landasan teori psikologi belajar :
Kita bisa menerapkan beberapa teori Misalnya teori Stimulus-Respon dari
aliran Behaviorisme. Dengan model reward dan punishment dalam pembelajaran
tentunya siswa lebih bersemangat. Berikan saja hadiah yang sederhana misalnya
penggaris atau ballpoint untuk setiap jawaban yang benar yang diberikan oleh
siswa. Atau ketika menghukum siswa, berilah hukuman yang edukatif misalnya
dengan menyuruh siswa menyebutkan nama-nama tokoh dalam Alkitab.
ü
AZAS SOSIOLOGIS
Berbicara mengenai sosiologis, maka tidak terlepas dari pengetahuan
tentang kemasyarakatan. Keadaan
masyarakat kita yang sekarang ini tidak sama dengan keadaan masyarakat pada
zaman nenek moyang kita dahulu. Kembali kepada dunia pendidikan, sebagian besar
anak didik kita tinggal di tengah-tengah masyarakat yang selalu berubah-ubah,
oleh karena zaman yang terus menerus berubah. Segala perubahan tersebut,
sedikit banyaknya akan mempengaruhi cara hidup dan cara berpikir manusianya.
Keadaan yang perlu diperhatikan di dalam mengembangkan
kurikulum:Terutama guru dan juga para aktivis di dalam sekolah. Kurikulum harus disesuaikan dengan
gerak-gerak perubahan masyarakat. Isi
kurikulum harus senantiasa dapat berubah sesuai dengan perkembangan
masyarakat. Bentuk kurikulum harus
fleksibel, serta selalu terbuka kesempatan untuk memberikan bahan pelajaran
yang penting dan perlu bagi murid-murid pada saat dan tempat tertentu.Kompleksitas
kehidupan dalam masyarakat disebabkan oleh:
a)
Dalam masyarakat
terdapat tata kehidupan yang beraneka ragam.
b)
Kepentingan antar
individu berbeda-beda.
c)
Masyarakat selalu
mengalami perkembangan
Oleh sebab itu, masyarakat suatu faktor yang begitu penting dalam
pengembangan kurikulum, maka masyarakat dijadikan salah satu asas. Dalam hal
ini pun harus kita jaga, agar asas ini jangan terlampau mendominasi sehingga
timbul kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau “society-centered
curriculum”. Melainkan tetap menyeimbangkannya untuk memperoleh hasil yang
diharapkan bersama.
ü
AZAS ORGANISATORIS
Asas organisatoris
merupakan asas yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang
disajikan. Asas ini berkenaan dengan organisasi kurikulum. Dilihat dari
organisasinya ada tiga tipe bentuk kurikulum:
1. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah,
terlepas dan tidak mempunyai kaitan sama sekali, sehingga banyak jenis mata
pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya(separated subject curriculum).
Keuntungan yang diperoleh dari bentuk kurikulum semacam ini :
a.
Penyajian bahan
pelajaran dapat disajikan / disusun secara logis dan sistematis
b.
Organisasinya
sederhana, dan tidak terlalu sulit untuk direncanakan dan dilaksanakan
c.
Mudah dievaluasi dan
dites
d.
dapat digunakan dari
tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
e.
Guru mempergunakannya lebih mudah
f.
Tidak sulit untuk
diadakan perubahan-perubahan
g.
lebih tersusun dan sistematis
Kelemahan bentuk kurikulum ini:
a.
Bentuk mata pelajaran
yang terpisah dengan lainnya, sebenarnya tidak relevan dengan kenyataan
sekarang ini.
b.
Tidak memperhatikan
masalah- masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi siswa.
c.
Kurang memperhatikan
faktor-faktor kejiwaan anak.
d.
Tujuan kurikulum ini
sangat terbatas, dan kurang memperhatikan pertumbuhan jasmani.
e.
Kurikulum semacam ini
kurang mengembangkan kemampuan berpikir.
f.
Kurikulum ini
cenderung menjadi statis dan tidak bersifat
inovatif
2.
Kurikulum yang berisi
sejumlah mata pelajaran yang sejenis di hubung-hubungkan(Correlated
curriculum).
Dalam bentuk
kurikulum ini kita mengenal lima macam broad field, yaitu:
- Ilmu pengetahuan sosial, peleburan dari mata
pelajaran ilmu bumi, sejarah, civic hukum, ekonomi, dan sejenisnya.
- Bahasa peleburan dari mata pelajaran membaca,
tata bahasa, menulis, mengarang, menyimak, dan pengetahuan bahasa.
- Ilmu pengetahuan alam, peleburan dari mata pelajaran ilmu alam, ilmu hayat, ilmu
kimia, dan kesehatan.
- Matematika peleburan dari berhitung, aljabar,
ilmu ukur sudut, ruang, bidang, dan statistik.
- Kesenian peleburan dari seni tari, seni suara,
seni lukis, seni pahat, seni drama.
3.
Kurikulum yang
terdiri dari peleburan semua/ hampir semua mata pelajaran(integrated
curriculum). Pelajaran dipusatkan
pada suatu masalah topik tertentu.
Dan sisi asas
organisatoris; bentuk dan organisasi
kurikulum, timbul masalah yaitu dengan tuntutan masyarakat modern yang semakin
tinggi tadi, beban materi atau isi kurikulum yang harus diberikan sekolah
semakin banyak, hal itu menuntut pemilihan bentuk dari organisasi kurikulum
yang Iebih cocok dan luwes.
ü
AZAS PERKEMBANGAN
IPTEK
Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan
sebab ilmu pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa
dipraktikkan untuk kepentingan umat manusia, hanyalah suatu teori yang mati.
Sebaliknya praktik yang tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan
sia-sia.
Yang dimaksud dengan asas pengembangan ilmu dan teknologi adalah para
pengambil kebijakan kurikulum hendaknya memperhatikan bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menimbulkan kebutuhan baru,
aspirasi baru, sikap hidup baru. Hal-hal di atas menuntut perubahan pada sistem
dan isi pendidikan. Sehingga, pendidikan bukan hanya mewariskan nilai-nilai dan
hasil kebudayaan lama, tetapi juga mempersiapkan generasi muda agar mampu hidup pada masa kini dan masa
yang akan datang.
Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan.
Peningkatan penggunaan teknologi
pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses
belajar mengajar dan selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya.Dengan majunya teknologi informasi,
diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri. Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan dilakukan
dengan berbagai sistem penyampaiannya, misalnya sistem pembelajaran jarak jauh,
yang Penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi Pendidikan
Nasional, siaran radio, pendidikan, Metode berprogram internet dan sebagainya.
KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM
Kurikulum menjadi ciri utama di dalam pendidikan sekolah. Kurikulum juga merupakan syarat mutlak dalam
sekolah.Kurikulum memiliki empat komponen yaitu tujuan, bahan ajar, metode,
alat penilaian. Keempat komponen
tersebut saling berkaitan satu sama lainnya sehingga merefleksikan satu
kesatuan yang utuh sebagai program pendidikan.
Pada hakikatnya tujuan kurikulum merupakan tujuan dari setiap program
pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik, karena kurikulum adalah alat
untuk mencapai tujuan pendidikan.Tujuan pendidikan nasional dapat dilihat
secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, tujuan pendidikan secara umum
dijabarkan dari falsafah bangsa, yakni pancasila.
Makna tujuan umum pendidikan tersebut Pada hakikatnya membentuk manusia
Indonesia yang bisa mandiri dalam konteks Kehidupan pribadinya, kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,serta berkehidupan sebagai mahluk yang berke-Tuhanan yang Maha Esa. Berdasarkan hakikat dari tujuan pendidikan Tersebut dijabarkan menjadi
tujuan kurikulum mulai dari tujuan kelembagaan pendidikan,tujuan setiap mata
pelajaran atau bidang studi sampai kepada tujuan instruksional masing masing bidang studi atau sekarang
dikenal dengan istilah Standart Kompetensi Lulusan (SKD).
Sebelum menetapkan
dan menyusun isi kurikulum, strategi pelaksanaan dan evaluasi kurikulum,
terlebih dahulu harus ditetapkan rumusan tujuannya, sebab:
a.
Tujuan berfungsi
menentukan arah dan corak kegiatan pendidikan.
b.
Tujuan menjadi
indikator dari keberhasilan pelaksanaan Pendidikan.
c.
Tujuan menjadi
pegangan dalam setiap usaha dan tindakan
dari pelaksana pendidikan.
Tujuan kelembagaan pendidikan
dinamakan dengan tujuan institusional. Kaitannya dengan kurikulum, maka lembaga
pendidikan harus menetapkan sendiri kurikulum institusi tersebut sesuai dengan
kompetensi lulusan yang telah ditetapkan.
Ì
Tujuan Institusional (Kompetensi Lulusan). Yang dimaksud dengan tujuan institusional adalah tujuan yang harus
dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, artinya apa yang seharusnya dimiliki
siswa setelah tamat dari lembaga pendidikan tersebut.Oleh karena itu tujuan
intitusional merupakan kemampuan yang diharapkan untuk dimiliki siswa (anak
didik) setelah mereka menyelesaikan program studinya pada lembaga tersebut.
Tujuan institusional
ini merupakan penjabaran dari tujuan umum pendidikan secara nasional. Tujuan
Institusional ini juga harus memperhatikan ciri lembaga pendidikan itu sendiri,
misalnya ada lembaga pendidikan kejuruan, lembaga pendidikan umum, dan
sebagainya, yang sifatnya lebih menitikberatkan pada aspek-aspek tertentu.
Ì
Tujuan Kurikuler (Standart Kompetensi) .Tujuan kurikuler
merupakan penjabaran dari tujuan institusional atau kelembagaan terdahulu, dan
tujuan kurikuler ini bersifat khusus, dibandingkan dengan tujuan
intitusional.Tujuan kurikuler adalah tujuan bidang studi atau mata pelajaran
sehingga harus mencerminkan hakikat keilmuan yang ada di dalam bidang studi
itu.
Ì
Tujuan Instruksional (Kompetensi Dasar) .Sebagaimana dikatakan
bahwa tujuan kurikuler (Standart Kompetensi) merupakan penjabaran dari tujuan
institusional (Kompetensi Lulusan), maka tujuan instruksional (Kompetensi
Dasar) ini merupakan penjabaran dari tujuan kurikuler. Tujuan instruksional
(Kompetensi Dasar) ini merupakan yang paling langsung dihadapkan kepada anak
didik dalam proses belajar mengajar.
Tujuan instruksional
(Kompetensi Dasar) dirumuskan sebagai kemampuan-kemampuan yang diharapkan
dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan proses belajar mengajar.
Contoh: Siswa dapat mengetahui manfaat dari menjaga kebersihan
Ada dua macam tujuan
instruksional, yaitu tujuan
instruksional umum (Indikator Umum ) atau juga disebut dengan tujuan
pembelajaran umum (TPU) dan tujuan instruksional khusus (Indikator Khusus) juga
disebut dengan tujuan pembelajaran khusus (TPK).
Perbedaan antara TIU / TPU dan TIK / TPK adalah ; TIU / TPU lebih
menggambarkan kemampuan yang lebih umum dan luas sifatnya, sedangkan TIK / TPK
lebih menggambarkan kemampuan yang operasional dan spesifik, terbatas dan dapat
diukur.
Contoh :
Indikator Umum :
Siswa dapat menjelaskan manfaat dari menjaga kebersihan
Indikator Khusus :
Siswa dapat menjaga kebersihan dalam praktek hidup sehari-hari
Isi kurikulum berkaitan dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman belajar
yang harus diberikan kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Ada
empat alasan mengapa perlu dilakukan pilihan dalam menetapkan isi kurikulum :
Tugas dan tanggung jawab sekolah dalam mencerdaskan anak didik sangat
terbatas,
baik dari segi
waktu maupun sumber yang tersedia.
Tuntutan kebutuhan masyarakat senantiasa
berkembang dari waktu ke waktu.
Ada beberapa jenjang dan tingkat pendidikan sesuai dengan tujuan dan
hakikat perkembangan anak, menyebabkan pentingnya memilih isi kurikulum yang sesuai dengan tujuan dari setiap
jenjang dan tingkat pendidikan.
Pendidikan formal di sekolah merupakan sub sistem dari pendidikan
sepanjang hayat. Artinya pendidikan di
sekolah dan pendidikan dimasyarakat tidak terpisahkan satu sama lainnya.
Oleh karena itu pilihan isi kurikulum harus lebih fungsional dan tahan
lama sehingga dalam kondisi apapun masyarakat berubah, hakikat ilmu pengetahuan
yang dipelajari anak bisa dipertahankan. Isi kurikulum harus ada satu kesatuan
yang tidak akan terpisahkan. Hal ini menuntut adanya isi kurikulum yang sesuai
dengan hakekat pendidikan dalam keluarga dan dalam masyarakat. Ada beberapa kriteria dalam memilih isi kurikulum (Terutama bagi
perancang kurikulum) :
- Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
- Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan
sosial, artinya sesuai dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
- Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang komprehensif, artinya mengandung
aspek intelektual, moral dan social secara seimbang.
- Isi kurikulum harus mengandung aspek ilmiah yang
tahan uji.
- Isi kurikulum harus mengandung bahan yang jelas. Teori, prinsip dan konsep
yang terdapat di dalamnya bukan sekedar informasi faktual belaka.
- Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya
tujuan pendidikan
ASPEK-ASPEK DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM
(a)
tingkat dan jenjang
pendidikan, dengan adanya jenjang / tingkat pendidikan tersebut berarti pula terdapat perbedaan dalam hal tujuan institusional.
(b)
proses belajar mengajar, Proses belajar
mengajar merupakan kegiatan nyata/ operasionalisasi
dari kurikulum yang telah ditetapkan.
(c)
bimbingan penyuluhan,
(d)
administrasi
supervisi,
(e)
sarana kurikulum dan
(f)
evaluasi atau
penilaian.
CAKUPAN EVALUASI KURIKULUM
Evaluasi kurikulum dimaksudkan menilai suatu kurikulum sebagai program
pendidikan untuk menentukan efisiensi, efektivitas, relevansi dan produktivitas
program dalam mencapai tujuan pendidikan. Efisiensi berkenaan penggunaan
waktu, tenaga, sarana, dan sumber-sumber lainnya secara optimal.
Efektivitas berkenaan dengan pemilihan
atau
penggunaan cara atau jalan utama yang paling tepat dalam mencapai suatu tujuan. Relevansi berkenaan dengan kesesuaian suatu program dan pelaksanaannya dengan
tuntutan dan kebutuhan baik dari kepentingan masyarakat maupun anak didik atau
siswa. Produktivitas berkenaan dengan optimalnya hasil yang dicapai dari
suatu program
Kurikulum dipandang sebagai sebuah sistem,maka dapat diindentifikasikan
:
- Masukan (input)
- Proses pelaksanaan program
- Hasil (output) program
- Balikan yang merupakan dampak dari program
tersebut.
Evaluasi terhadap input kurikulum mencakup evaluasi sumber daya yang
dapat menunjang program pendidikan, seperti : dana, sarana, tenaga, konteks
sosial, dan penilaian terhadap siswa sebelum menempuh program (Pretes).Evaluasi
proses mencakup penilaian terhadap strategi pelaksanaan kurikulum, yang
berkenaan dengan proses belajar mengajar, bimbingan dan penyuluhan,
administrasi supervise, sarana pengajaran, dan penilaian hasil belajar.
PENDEKATAN-PENDEKATAN KURIKULUM
1. Pendekatan bidang studi (pendekatan subjek
atau disiplin ilmu)
2. Pendekatan Interdisipliner
3. Pendekatan Rekonstruksionisme
4. Pendekatan Humanistik
5. Pendekatan “Accountability”
6. Pendekatan Pembangunan Nasional
MERENCANAKAN EVALUASI
Tujuan Evaluasi
Kurikulum :
1.
Mengetahui hingga
manakah siswa mencapai kemajuan kearah
tujuan yang telah ditentukan.
2.
Menilai efektivitas kurikulum
3.
Menentukan faktor
biaya, waktu, dan tingkat keberhasilan kurikulum
DESAIN EVALUASI
Desain evaluasi menguraikan tentang :
1. Data yang harus dikumpulkan.
2. Analisis data untuk “membuktikan” nilai dan efektivitas kurikulum
Langkah-Langkah Desain Evaluasi :
a. Merumuskan tujuan evaluasi
b. Mendisain proses dan metodologi evaluasi
c. Menspesifikkan
data yang diperlukan untuk menyusun
instrument bagi proses pengumpulan data
d. Mengumpulkan, menyusun dan mengolah data.
e. Menganalisis data dan menyusun laporan mengenai hasil-hasil,
kesimpulan,danrekomendasi.
REVISI KURIKULUM
Dasar-dasar pertimbangan untuk memperbaiki kurikulum sekolah :
a. Mengetahui tujuan pendidikan
b. Mengenal situasi sekolah
c. Mengetahui kebutuhan siswa dan guru
d. Mengenal masalah yang dihadapi sekolah
e. Mengenal kompetensi guru
f. Mengetahui gejala social
g. Mengetahui perkembangan dan aliran dalam
kurikulum.
Langkah-langkah dalam
Pengembangan Kurikulum di Sekolah
:
1. Adakan penilaian umum tentang sekolah,
dalam hal apa sekolah itu lebih baik atau lebih rendah mutunya daripada sekolah
lain.
2. Selidiki berbagai kebutuhan, antara lain
kebutuhan siswa, kebutuhan guru, dan kebutuhan akan perubahan dan perbaikan.
3. Mengindentifikasi masalah serta
merumuskannya.
4. Mengajukan saran perbaikan, sebaiknya dalam
bentuk tertulis, yang dapat didiskusikan bersama.
5. Menyiapkan desain perencanaannya yang
mencakup tujuan, cara mengevaluasi, menentukan bahan pelajaran, metode
penyampaiannya, penilaian, perbaikan, pelaksanaan.
6. Memilih
anggota panitia, sedapat mungkin sesuai dengan kompetensi masing-masing.
7. Mengawasi pekerjaan panitia, biasanya
oleh kepala sekolah.
8. Melaksanakan hasil panitia oleh guru
dalam kelas.
9. Menerapkan
cara-cara evaluasi, apakah yang direncanakan
itu dapat direalisasikan.
10. Memantapkan
perbaikan, bila ternyata usaha itu
berhasil baik dan dijadikan pedoman
selanjutnya.
SEJARAH PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH PEMERINTAH
Untuk memahami sekolah sebagai salah satu setting PAK di Indonesia, maka
secara historis perlu melihat perkembangan kedudukan mata pelajaran agama di
sekolah pemerintah baik sejak pemerintah kolonial Belanda hingga kepada
pemerintah orde baru.
Yang menarik adalah kedudukan pendidikan agama itu semakin berkembang,
mulai dari status tidak termasuk sama sekali dalam kurikulum sekolah.
Kemudian menjadi tidak wajib sejak kemerdekaan hingga tahun 1966.
Barulah pada pemerintahan orde baru status itu berubah menjadi wajib dan nilai
menentukan kenaikan kelas.
Secara sepintas memang perkembangan yang positif didominasi oleh
alasan-alasan politis dan keagamaan. Yang menarik perhatian adalah dari sudut
historis bahwa tuntutan kelompok Islam kelihatannya diadopsi oleh pihak
pemerintah orde baru dengan dasar pertimbangan apa yang dipakai oleh
kelompok-kelompok Islam.
KEDUDUKAN PAK DAN PERANAN KURIKULUM PAK DALAM UU SISDIKNAS 2003
Maka dari itu, kedudukan mata pelajaran PAK tidak kalah pentingnya
dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Pendidikan agama di Indonesia
merupakan mata pelajaran yang wajib di laksanakan di
sekolah-sekolah. Hal ini dapat dilihat
di dalam UU Sisdiknas 2003 bahwa
kedudukan Pendidikan Agama di sekolah-sekolah semakin penting saja dan
pemerintahpun begitu jauh ikut campur di dalamnya.
FILOSOFI KEHADIRAN PAK DALAM SEKOLAH
Berbicara mengenai filosofi, maka ada kaitannya dengan filsafat. Filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab , asal, dan hukumnya.
Ketika mencoba membahas rasional/dasar filosofis kependidikan dari kehadiran
mata pelajaran agama dalam sekolah khususnya sekolah negeri. Hal ini memang
cukup sulit. Karena mengingat bahwa di negara-negara Barat Mata pelajaran agama
tidak ada dalam kurikulum sekolah.
Jikalau ada itu tidak wajib. Alasannya
adalah keadilan dan kebebasan maka pendidikan agama tidak lagi wajib, malahan
dikeluarkan dari kurikulum sekolah. Padahal sesungguhnya negara-negara
Barat ini tadinya adalah negara-negara
Kristen. Kita tidak dapat membenarkan alasan pemasukan pendidikan agama di
sekolah dari sudut historis yakni kepentingan
agama dan politis. Untuk mengetahui landasan filosofis kehadiran agama
di sekolah , maka pertama-tama kita mencoba untuk :
Bertolak dari
pandangan bahwa sekolah adalah Salah satu
partner dalam pendidikan, selain keluarga dan masyarakat. Kedua pandangan bahwa orang tua
Mempunyai tanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya. Karena itu orang tua
mempunyai hak untuk menentukan macam pendidikan yang Diperoleh oleh
anak-anaknya. Ketiga, mengadopsi defenisi pendidikan yang disepakati oleh
deklarasi sejagat tentang hak-hak azasi manusia,maka agama dan pendidikan
mempunyai potensi untuk menyumbang bagi perkembangan manusia di dalam segala
aspek.
Jadi apabila pemerintah mewajibkan
pelajaran agama menjadi mata pelajaran wajib. Maka hal itu menjadi
alasan yang kuat. Bahkan lebih dari itu bahwa pendidikan harus mampu
memperkembangkan manusia seutuhnya (semua dimensi kehidupan). Yakni mencakup perkembangan intelektual, sosial, moral, dan religius.
Untuk tercapainya berbagai perkembangan itu,maka agama mempunyai peranan yang
penting. Dengan demikian kehadiran agama di sekolah adalah sah secara
pendidikan.
Dan karena itu kita juga dapat mengatakan bahwa PAK
dalam setting sekolah mempunyai peranan yang khas dan strategis.
SIFAT PENDIDIKAN AGAMA DALAM SEKOLAH
Macam ataupun sifat pendidikan agama di sekolah negeri dapat digolongkan
dalam dua kategori besar : Pertama, dikategorikan sebagai pendidikan iman
(education in faith). Tipe ini mewariskan kepercayaan religius/ iman agamawi
dari suatu umat tertentu.
Kedua, disebut dengan education inreligion (Pendidikan dalam
agama/tentang agama). Disini para siswa ditolong untuk semakin sensitif
terhadap berbagai kepercayaan yang dianut oleh anggota masyarakat dimana ia
hidup.
PAK DIWAJIBKAN DI SEKOLAH KRISTEN
Landasan pendirian sekolah-sekolah Kristen berbeda dari satu zaman ke
zaman yang lain. Pada umumnya pakar-pakar tersebut berpendapat bahwa pendirian
sekolah Kristen dilandasi oleh suatu filsafat pendidikan Kristen yang hendak
menyelenggarakan suatu pendidikan umum dengan dasar perspektif Kristen
Tetapi ada juga yang mendirikan sekolah Kristen sebagai sarana
penginjilan/kesaksian.
Artinya sekolah-sekolah Kristen didirikan agar melalui sekolah ini
anak-anak diberi kesempatan untuk mendengarkan Injil lalu menjadi Kristen.
Kemungkinan lain adalah bahwa sekolah Kristen didirikan demi pelayanan terhadap
sesama manusia.
Secara historis sekolah-sekolah Kristen di Indonesia telah hadir sebelum
kemerdekaan. Dengan kedatangan para utusan zending (misionaris), maka
berdirilah sekolah-sekolah Kristen
Ada beberapa hal tertentu yang membedakan pelaksanaan PAK sekolah negeri
dan sekolah Kristen:
- Sekolah Kristen diselenggarakan berdasarkan
pandangan filsafati yang Kristen
maka dasar ini sejalan dengan PAK.
- Sekolah Kristen diharapkan juga mempraktekkan
nilai-nilai Kristiani baik itu dalam suasana kerja serta hubungan antar
guru maupun guru dan murid.
- Dalam setting sekolah Kristen tersedia
kemungkinan-kemungkinan untuk kegiatan religius bersama seperti kebaktian
bersama, perayaan hari-hari raya gerejani, dan semuanya menunjang
tujuan-tujuan PAK.
- Adalah menyangkut guru. Dalam semua bentuk
pendidikan bagaimanapun peranan guru/pendidik adalah sangat penting.
Untuk memperkokoh anda terhadap materi hari ini, maka kerjakanlah
latihan di bawah ini !
Dalam perkembangan selanjutnya di negara Barat , agama tidak lagi
diwajibkan atau bahkan dikeluarkan dari kurikulum sekolah pemerintah karena
masyarakatnya semakin majemuk. Dapatkah anda menjelaskan alasan para ahli
di Barat untuk tidak mewajibkan agama di
sekolah pemerintah!
Di Indonesia mata pelajaran agama menjadi wajib. Dilihat dari sudut
pandang keKristenan, dapatkah anda menjelaskan alasan rasional kehadiran agama
di sekolah negeri!
Pendidikan agama di sekolah ada berbagai modelnya/sifatnya. Secara garis
besar dapat digolongkan dalam dua bahagian. Dapatkah anda menjelaskan kedua
model /sifat itu
Oleh karena di Indonesia pendidikan agama adalah wajib di sekolah negeri
kita sebut sebagai salah satu setting PAK. Dapatkah anda menjelaskan peranan
khas dan strategis dari PAK pada setting sekolah negeri ?
Di Indonesia sekolah Kristen hadir dengan berbagai fungsi. Dapatkah anda
menjelaskan secara historis berbagai fungsi itu ? Dan apakah kekhasan sekolah
Kristen yang mendukung tercapainya.
PERAN GURU
DALAM PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN KTSP
A.
Tantangan Globalisasi
Yang Harus Disikapi Oleh Guru dengan Mengedepankan Profesionalisme:
J Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan
mendasar.
J Krisis moral yang melanda bangsa dan negara Indonesia.
J Krisis sosial seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan
kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat.
J Krisis identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia
J Adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik , maupun
dunia.
B.
Menyediakan pengalaman
belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan dan
proses.
C.
Menyediakan atau
memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu
siswa untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya, menyediakan sarana yang merangsang
siswa berpikir secara produktif.
D.
Memonitor,
mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa jalan atau tidak.
Slide 5
PERKEMBANGAN
KURIKULUM DI INDONESIA
1947 ,
Rencana Pelajaran → Dirinci
dalam Rencana Pelajaran Terurai
1964 ,
Rencana Pendidikan Sekolah
Dasar
1968 ,
Kurikulum Sekolah Dasar
1973, Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan
(PPSP)
1975 ,
Kurikulum Sekolah Dasar
1984 ,
Kurikulum 1984
1994 ,Kurikulum 1994
1997 ,
Revisi Kurikulum 1994
2004 ,
Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK)
2006 ,
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
2013 ‘Kurikulum 2013’
UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003: SNP
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Landasan Yuridis
Undang-
undang SISDIKNAS -> PP 32 TAHUN 2013(Perubahan SNP) -> PERATURAN MENDIKBUD
NOMOR 54, 65, 66, 67, 68,
69, 70 TAHUN 2013
KOMPONEN UTAMA
KURIKULUM 2013
J KERANGKA DASAR : Landasan
- Filosofis (pendidikan akar budaya bangsa, mengembangkan kecerdasan)
- Teoritis (pend. Berdasarkan standar dan Kurikulum berbasis
Kompetensi
- Yuridis (UUD 45, UUSPN, PP SNP)
SILABUS : Kompetensi inti; Kompetensi dasar; materi pembelajaran; kegiatan
pembelajaran;
penilaian; alokasi waktu; dan sumber belajar.
J RPP:
- Identitas sekolahyaitunamasatuanpendidikan
- Identitas mata pelajaran atau tema/subtema
- Kelas/semester
- Materi pokok
- Alokasi waktu
- Tujuan pembelajaran
- Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
- Materi pembelajaran
- Metode pembelajaran
- Media pembelajaran
- Sumber belajar
- Langkah-langkah pembelajaran
- Penilaian hasil pembelajaran
TUJUAN
PENDIDIKAN NASIONAL:
1. Penataan Pola Pikir dan Tata Kelola
2.
Pendalaman dan perluasan materi
3.
Penguatan proses
4. Penyesuaian beban
PENYEMPURNAAN
POLA PIKIR PERUMUSAN KURIKULUM
KBK 2004, KTSP 2006
→
Standar
Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi
→
Standar
Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan
Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran
→
Pemisahan
antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk
pengetahuan
→
Kompetensi
diturunkan dari mata pelajaran
→
Mata
pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran
terpisah
Kurikulum 2013
A.
Standar
Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan
B. Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan
melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran
C. Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap
pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan,
D. Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin
dicapai
E. Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap
kelas)
Penyempurnaan Pola Pikir
Berpusat pada Guru
, Satu
Arah, Isolasi , Pasif , Maya/Abstrak, Pribadi, Luas (semua materi diajarkan), Stimulasi Rasa Tunggal (beberapa panca indera) Alat Tunggal (papan tulis) , Hubungan Satu Arah
Menjadi
: berpusat pada siswa, interaktif, lingkungan jenjang, aktif menyelidiki,
konteks dunia nyata, pembeljaran berbasis TIM , perilaku khas memberdayakan
kaidah keterikatan, simulasi ke segala apenjuru (semua panca indra), alat
multimedia (berbagai teknologipendidikan), kooperatif.
Langkah Penguatan Proses
1.
Proses
pembelajaran
2.
Penilaian
Karakteristik Penguatan:
1.
Menggunakan
pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar
2.
Menggunakan
ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran
3.
Menuntun
siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu [discovery learning].
4.
Menekankan
kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berfikir
logis, sistematis, dan kreatif.
5.
Mengukur
tingkat berpikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi.
6.
Menekankan
pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam [bukan sekedar hafalan].
7.
Mengukur
proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa.
8.
Menggunakan
portofolio pembelajaran siswa
STRATEGI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Implementasi
kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
- Pemerintah bertanggungjawab dalam mempersiapkan
guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan kurikulum.
- Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan
evaluasi pelaksanaan kurikulum secara nasional.
- Pemerintah provinsi bertanggungjawab dalam
melakukan supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di
propinsi terkait.
- Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan
bantuan profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan
kurikulum di kabupaten/kota terkait.
Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:
•
Juli 2013 : Kelas I,
IV, VII, dan X
•
Juli 2014 : Kelas I,
II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
•
Juli 2015 : kelas I,
II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII
Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 - 2015
Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 – 2014
Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan
pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA dan SMK,
dimulai dari bulan Januari – Desember 2013
Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan
kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 – 2016
Langkah-Langkah Pembelajaran
Proses pembelajaran
menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi.
REVISI KURIKULUM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar